Jumat, 26 Juni 2015

CARA-CARA PENULISAN KARYA ILMIAH



TAHAP PERSIAPAN
I. PERSIAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
A.    LANGKAH-LANGKAH PERSIAPAN PENULISAN KARYA ILMIAH
Pada dasarnya, hal terpenting yang harus dipikirkan oleh seorang penulis karya ilmiah pada tahap persiapan ini adalah Pemilihan Topik. Yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
1.      Pemilihan Topik/ Masalah untuk Karya Ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan unuk kerya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara;
2.      Merumuskan tujuan
Rumusan tujuan yang jelas dan tepat menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan diantaranya;
1)    Usahakan merumuskan tujuan dalam satu kalimat yang sederhana;
2)   Ajukan pertanyaan dengan menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat;
3)   Jika kita dapat menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat.
3.      Menentukan Topik
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama. Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan kita tulis.
4.      Menelusuri Topik
Bila topik telah ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik;
1)    Fokuskan topik agar mudah dikelola;
2)    Ajukan pertanyaan

5.      Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.

6.      Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan.

II. PENGUMPULAN INFORMASI UNTUK PENULISAN KARYA ILMIAH
A.    MEMANFAATKAN PERPUSTAKAAN SEBAGAI SUMBER DATA, INFORMASI, DAN BAHAN UNTUK TULISAN
Perpustakaan pada umumnya menyediakan berbagai koleksi data atau informasi yang terekam dalam berbagai bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama yang harus kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan adalah memahami di mana letak sumber informasi yang dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut kita tuju adalah bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi koleksi tentang encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
1.    Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog
Pencarian buku dengan cara Online Catalog biasanya menggunakan terminal komputer. Kita dapat mencari buku dengan judul dan nama penulis yang jelas atau minta kepada komputer untuk mencarikan file-file yang berkaitan dengan topik yang sedang kita tulis.
Selain menggunakan komputer, kita juga dapat menggunakan Card Catalog untuk mencari buku atau artikel yang kita butuhkan. Pada umumnya, buku koleksi perpustakaan didata dalam 3 (tiga) jenis kartu katalog, yaitu katalog yang berisi data tentang pengarang/ penulis, judul buku dan subjek/ topik tertentu.
2.    Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh
Setelah bahan pustaka terkumpul kita harus memeriksa bahan-bahan tersebut apakah sesuai atau tidak dengan topik yang kita tulis. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah;
a.    Atur waktu membaca
b.    Bacalah secara selektif
c.    Bacalah secara bertanggung jawab
d.    Bacalah secara kritis
3.    Membuat Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
Salah satu cara terbaik dan paling sederhana dalam membuat catatan ini adalah selalu mengacu pada kartu indeks yang telah kita buat.

4.    Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
Disamping membuat catatan, kita pun dapat membuat ringkasan atau paraphrasing dari sumber  bacaan yang kita dapatkan di dalam menunjang keberhasilan proyek tulisan kita.

5.    Membuat Kutipan
Kita harus mengutip dengan persis dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang kita gunakan jika pernyataan tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis dan jika kita ubah ke dalam bahasa kita sendiri akan mengaburkan arti sesungguhnya.

B.    MELAKUKAN WAWANCARA UNTUK MENDAPATKAN INFORMASI UNTUK TULISAN
Ada empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu;
1.    Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai
2.    Mempersiapkan pedoman wawancara
3.    Melaksanakan wawancara
4.    Mengolah hasil wawancara


TAHAP PROSES PENULISAN
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
  • Tahap Pra Penulisan
1.      Pemilihan dan pembatasan topic
2.      Merumuskan tujuan
3.      Mempertimbangkan bentuk karangan
4.      Mempertimbangkan pembaca
5.      Mengumpulkan data pendukung
6.      Merumuskan judul
7.      Merumuskan tesis
8.      Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline

  • Pemilihan Topik
a)      Apa yang akan kita tulis?

b)      Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.

c)      Empat syarat: keterkuasaian, ketersediaan bahan, kemenarikan, kemanfaatan.


d)     Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.

  • Tahap Penulisan Draf
a)      Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.

b)      Pengembangan ide masih bersifat tentatif.

c)      Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek  mekanik.

  • Tahap Revisi
a)      Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.

b)      Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.

  • Tahap Penyuntingan
a)      Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.

b)      Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.

c)      Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.

  • Tahap Publikasi
a)      Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain

b)      Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.

Jumat, 24 April 2015

Permasalahan Manajemen Pendidikan Di Sekolah Dasar

Salah satu kendala pelayanan publik pada jenjang pendidikan dasar adalah masalah penataan institusi pendidikan yang terkait dengan pendidikan dasar. Berdasarkan laporan Bank Dunia ada beberapa kendala institusional dalam pembangunan pendidikan dasar di Indonesia.
Hal tersebut dapat disebabkan karena institusi pemerintah yang mengelola pendidikan dasar masih belum terkoordinasi dengan baik, yaitu antara Depdiknas, Depdagri, dan Depag. Sehingga masih belum mampu memecahkan permasalahan pendidikan terutama pada pendidikan dasar. Dari permasalahan tersebut upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar tidak dapat dilakukan dengan bekerjasama antara satu instansi dengan instansi lain. Keadaan ini terus berlangsung bahkan dilanggengkan dalam PP No. 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Pasal 9 PP tersebut ternyata tetap melanjutkan jiwa PP No 65 Tahun 1951 yang memisahkan tanggung jawab penyelenggara Sekolah Dasar kepada Depdagri dan Depdikbud.
Pada tingkat Sekolah Dasar pemisahan antara fungsi teknis pendidikan di bawah naungan Depdiknas dan fungsi administrasi pendidikan di bawah Pemda setempat menunjukkan adanya dualisme dalam penyelenggaraan Sekolah Dasar yang sangat tidak praktis dan efisien, karena sering terbentur oleh perbedaan kepentingan antar instansi yang diwarnai dengan keinginan yang berlebihan untuk mengambil peranan manajerial dan tanggung jawab atas sekolah-sekolah. Adanya dualisme manajemen pendidikan dasar tersebut dikarenakan tidak adanya keterpaduan antara pembinaan teknis dengan pengelolaan Sekolah Dasar. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa yang dirugikan dalam kerancuan pengelolaan ini ialah mutu pendidikan Sekolah Dasar, sehingga mutu pendidikan di Sekolah Dasar sulit untuk ditingkatkan. Sistem pengelolaan pendidikan akan sangat menentukan efektif atau tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu dan proses mengajar itu sendiri dalam proses belajar yang pada akhirnya akan menghasilkan output pendidikan dasar yang sesuai dengan harapan. Terlepas dari masalah yuridis, terdapat dua pola pemikiran atau asumsi yang mendominasi kontraversi ini Pertama, mutu pendidikan akan dapat ditingkatkan apabila ditangani secara efisien. Kedua, pendidikan khususnya pada pendidikan dasar yang merupakan kebutuhan dasar dari setiap warganegara, merupakan kewajiban pemerintah dalam hal ini unit pemerintah yang paling dekat, untuk melaksanakannya. Kontraversi yang timbul dewasa ini mengenai manajemen sekolah dasar bersumber dari dua asumsi yang berasal dari dua pemikiran yang berbeda. Pertama menggunakan PP No. 28 Tahun 1990 sebagai pedoman dan berpegang kepada UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Kedua sudut pandang tersebut memang boleh digunakan karena dilihat dari segi hukum keduanya sama-sama benar, hanya saja menurut Suryosubroto permasalahan dalam manajemen pendidikan dasar disebabkan karena:
a.       Pendidikan dasar merupakan hak asasi manusia Indonesia, sesuai dengan UUD-45 pasal 31 yang menyatakan bahwa setiap warganegara berhak memperoleh pendidikan. Oleh sebab itu, pelaksanaannya tidak dapat terhalang oleh peraturan perundangan yang berada dibawahnya.

b.      Masalah manajemen pendidikan, khususnya pendidikan dasar, bukan hanya sekedar merupakan masalah yuridis, tetapi lebih dari itu karena berkenaan dengan anak Indonesia yang justru akan memperoleh pendidikannya yang sangat mendasar bagi kelangsungan hidup bernegara.

c.       Desentralisasi atau sentralisasi pelaksanaan proses pendidikan, kedua cara pendekatan itu perlu didudukkan dalam rangka usaha mencapai keberhasilan dari proses pendidikan itu sendiri. Pendekatan desentralisasi maupun sentralisasi keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Karena itu, dalam implementasinya masih perlu dikaji lebih lanjut.

Dari beberapa gambaran pendidikan dasar di atas maka perlu adanya inovasi di Sekolah Dasar. Perubahan pada pendidikan dasar ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi sistem pengajaran. Sehingga dapat mengahasilkan output pendidikan dasar yang bermutu.
Masalah pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar memang tidak bisa lepas dari masalah kebijakan pemerintah, karena menyangkut kebutuhan dasar rakyat. Penanganan kebutuhan dasar memerlukan pendekatan yang sedekat-dekatnya dengan rakyat. Partisipasi dari rakyat selama ini masih sangat kurang, sehingga penyelenggaraan pendidikan dasar dirasakan sebagai kewajiban pemerintah bukan sebagai kewajiban seluruh rakyat, jadi tidak mengherankan apabila penyelenggaraan pendidikan dasar di seluruh dunia dikaitkan dengan masalah otonomi daerah yang meliputi hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sejalan dengan dikeluarkannya kebijakan tentang otonomi daerah di kota dan kabupaten, selanjutnya pemerintah juga mengeluarkan kebijakan tentang otonomi pendidikan di sekolah dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah, melalui Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 51 butir 1 yaitu:
“Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah atau madrasah.”
Manajemen berbasis sekolah merupakan strategi untuk mewujudkan sekolah yang efektif dan produktif. Sebagai paradigma baru manajemen pendidikan, MBS memberikan otonomi luas pada sekolah, dan pelibatan masyarakat dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi tersebut diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan mengalokasikannya sesuai prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat.
MBS adalah suatu inovasi dalam dunia pendidikan untuk memperbaiki mutu pendidikan, selain itu MBS merupakan suatu ide tentang pengambilan keputusan pendidikan yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah. Pemberdayaan sekolah dengan memberikan otonomi yang lebih besar, di samping menunjukan sikap tanggap pemerintah terhadap tuntutan masyarakat, juga merupakan sarana peningkatan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan. Sedangkan menurut Danim MBS merupakan suatu proses kerja komunitas sekolah dengan cara menerapkan kaidah-kaidah otonomi, akuntabilitas, partisipasi, dan sustainabilitas untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara bermutu. Manajemen berbasis sekolah menurut Nurkolis adalah suatu model pengelolaan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Dari beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa dengan adanya MBS, sekolah mempunyai kewenangan untuk mengurus segala sesuatunya sendiri, hal tersebut dikarenakan adanya pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, sementara pemerintah daerah menyerahkan pengelolaan sekolah langsung pada pihak sekolah.

Jumat, 17 April 2015

KATA PENGANTAR


Assalamu’alikum Wr. Wb.

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Ilmiah dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Juliet Coffee Margonda”. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meyelesaikan program studi Sarjana (SI) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen Universitas Gunadarma. Selama proses penyusunan Penelitian ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.      Ibu Prof. E.S. Margianti,SE,MM sebagai rektor Universitas Gunadarma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk pembuatan Penelitian Ilmiah ini.
2.      Bapak Toto Sugiharto, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
3.      Bapak Imam Murtono Soenhadji, Ph.D selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Gunadarma.
4.      Ibu Fettiana Gianadevi, S.Kom., MMSI., selaku Koordinator Penelitian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma.
5.      Ibu Ary Natalina, S.Sos., MM., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan Penelitian Ilmiah ini.
6.      Bapak dan Ibu Dosen, selaku staff pengajar Universitas Gunadarma yang turut membantu sehingga Penelitian Ilmiah ini dapat terselesaikan.
7.      Ayah dan Ibu Tercinta yang selalu memberikan doa, dorongan, dan semangatnya kepada penulis. Dan dengan sabar mendengar keluh kesah penulis. Kalian tak akan pernah tergantikan oleh apapun.
8.     Teman-teman Manajemen 2012 terutama untuk 3EA12 yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Penelitian ini.
9.      Nanda Cahya W,S.Par. selaku General Manajer Juliet Coffee dan seluruh karyawannya.
10.  Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Penelitian Ilmiah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Penuis, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga Penelitian ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan wacana bagi semua pihak yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Depok, 17 April 2015

Penulis